previously on malimbu & the gilis…..
Jumat/ 16 Juli 2010
Berhubung hari pendek, so…hari ini ga’ ada agenda. Hari ini cuma mau muter2 silaturahmi ke tempat tante nya Ryan di Sekarbela, tetangganya Emer di Jl. Sriwijaya ama di daerah Tinggar, dan yg tidak boleh terlewatkan adalah sholat Jumat di Masjid Raya At Taqwa Mataram, dimana terdapat Al Qur’an raksasa, tingginya aja sekitar 2 meter.
Sabtu/ 17 Juli 2010
Sehari sebelum kami pulang, masih ada target yg belom dikunjungi yaitu Pantai Kuta ama Desa Adat Sade di Lombok Tengah.
mau liat foto lain nya, klik aja ini…..
Jangan salah, di Lombok juga ada Pantai Kuta, malahan pantainya lebih bagus daripada Pantai Kuta di Bali. Sekitar jam 11.00 WITA kami berangkat ke Kuta, sedikit kesiangan sih…tapi gapapa. Pantai Kuta berjarak kurang lebih 1,5 jam dari Mataram. Dalam perjalanan kami melewati bandara internasional yg sedang dalam proses pembangunan, mungkin sebentar lagi akan selesai dan dapat turut mensukseskan “Visit Lombok Sumbawa 2012”. Kami juga melewati Desa Adat Sade – Rambitan, tapi kami memutuskan untuk mampir kesana sepulang dari Kuta saja.
Sesampainya di Kuta, kami pun disambut dengan hamparan pasir putih dengan air yg jernih dan nampak biru kehijauan dari jauh. Karna sudah memasuki waktu sholat Dhuhur, maka kami pun mencari masjid terlebih dahulu kemudian meneruskan dengan makan siang. Beruntung kami menemukan warung mie ayam setelah dari masjid, salah satu makanan dengan budget yg menenteramkan kantong. Setelah perut kenyang, sekarng saatnya menikmati keindahan Pantai Kuta. Garis pantai yang cukup panjang memberikan keleluasaan untuk memilih tempat bersantai bagi kami. Kami pun memilih tempat di samping Hotel Novotel, di mana tempat tersebut tidak terlalu ramai akan tetapi pemandangannya cukup membuat jari tidak berhenti menekan shutter kamera. Selang beberapa saat, keramaian mulai mendekati kami. Ternyata mereka adalah anak2 yg menjual kelapa muda dan beberapa cinderamata. Ibu2 mereka menunggu di dekat parkiran dengan beberapa tumpuk kaos dan kain tenun khas Lombok. Yaa….karena mereka terus memaksa, akhirnya kami membeli bberapa gelang dankelapa muda, harganya memang tidak terlalu mahal. Berkat para penjual itu juga Ryan bisa berenang menikmati beningnya air di Pantai Kuta. Maklum….awalnya memang tidak berniat untuk berbasah2an, jadi nya ga’ bawa baju ganti.
Hari semakin sore, akhirnya diputuskan untuk segera pulang tetapi dengan terlebih dahulu mampir di Sade.
Sade sendiri adalah sebuah dusun di Desa Rambitan yang terkenal karna kehidupan mereka yg masih tradisional, tapi kalo diperhatikan lebih teliti, tiap rumah sekarang sudah memiliki antena tv alias sudah memiliki tv di dalamnya. Kalo ingin melihat Suku Sasak yg masih benar2 hidup secara tradisional, bisa dijumpai di Bayan. Penduduk Bayan benar2 masih menjaga kelestarian adat istiadat mereka dan hidup dalam kesederhanaan. Untuk memasuki wilayahnya saja harus melewati hutan dan menemui pemangku adat terlebih dahulu. Pakaian pun harus menyesuaikan dengan adat mereka, baju harus berkancing, memakai kain sarung, dan tidak lupa memakai ikat kepala (entah apa namanya). Oiya….denger2 tidak boleh memakai celana dalam (kalo cewek ga tau deh). Sayang sekali kami tidak sempet mengunjungi tempat tersebut, padahal menurut kami kehidupan mereka yg penuh kesederhanaan merupakan keunikan tersendiri.
Kami tidak berlama2 di Sade, hanya melihat2 rumah adat mereka yg terkenal dengan lantai yg dilapisi dengan kotoran sapi/ kerbau, lumbung padi yg bentuknya sangat khas, serta membeli beberapa helai kain tenun khas Lombok. Harga kain tenun nya bermacam2 tergantung dengan kualitas tenunan nya.
Malem hari nya, kami berkeliling kota sambil menikmati suasana Mataram untuk terakhir kali nya karna besok siang kami sudah harus meninggalkan Lombok. Akhirnya malam itu dihabiskan dengan beli nasi bungkus murah meriah di depan BRI Airlangga lalu duduk2 di sekitaran air mancur.
Minggu/ 18 Juli 2010
Packing selesai…..siap untuk kembali ke Jogja. Menjelang Dhuhur, kami diantar oleh Adit, Anggi, dan juga Udin ke Pelabuhan Lembar. Telah direncanakan sebelumnya untuk mencari bis yg langsung ke arah Gilimanuk saja dari pada harus estafet seperti kemaren. Hal ini dipilih untuk mengantisipasi apabila penyebrangan molor dari jadwal biasanya karna ombak saat itu lumayan besar. Jika sampai kemaleman di Padangbai, takutnya sudah tidak ada lagi angkutan ke arah Denpasar atau pun Gilimanuk.
Tepat ketika sampai di Lembar, ada sebuah bis dengan nama ‘Titian Mas’ jurusan Surabaya sedang menunggu penumpang. Kami pun segera didekati oleh agen bis tersebut. Setelah negosiasi, akhirnya disepakati harga tiket Rp 115.000,-/ orang untuk perjalanan Lembar – Ketapang, sudah termasuk tiket untuk 2x penyebrangan dan juga makan malam. Setelah berfoto2 dan berpamitan dengan ‘Trio Lombok’ yang telah sangat banyak membantu kami, akhirnya kami pun masuk ke dalam bis yg telah siap untuk segera masuk ke lambung kapal. Tepat jam 13.00 WITA kapal berangkat dari Pelabuhan Lembar. Berbeda dengan penyebrangan ketika kami berangkat, kali ini ombak memang terasa lebih besar dan cukup kuat untuk mengombang-ambingkan kapal, terutama ketika kapal telah lepas dari kawasan teluk. Penyebrangan yg memakan waktu cukup lama ini kami habiskan dengan menonton tv di kapal. FTV di SCTV yg kala itu ber-setting-kan Jogja tampaknya cukup menghibur kami disela-sela goyangan kapal ke kanan dan ke kiri. Tidak terasa 2 jam telah kami lewati dengan menonton tv sambil sesekali memacu jantung karna kapal yg miring akibat ombak. Setelah film selesai, kami memilih untuk memejamkan mata sejenak. Baru sekitar sejam tertidur, aku terbangun dan ternyata kapal sudah mendekati Padangbai. Sungguh tidak menyangka penyebrangan di tengah ombak yg segitu gedhe nya malah mempercepat penyebrangan, cuma 3,5 jam.
Skitar jam 16.30 WITA, bis meninggalkan Padangbai untuk segera menuju ke Terminal Ubung di Denpasar. Selepas dari Ubung, bis Titian Mas mampir di salah satu tempat makan bernuansa Jawa Timur dan dipastikan halal yang ada di Denpasar untuk sekedar mengisi perut para penumpangnya. Sekitar pukul 22.15 WITA bis sampai di Gilimanuk. Rombongan Susilo, Yazid, dan Aant yg kemaren juga backpackeran ke Gili Trawangan dan Kuta – Bali saat itu juga baru akan menyebrang ke Ketapang. Antrian bis saat itu sangat banyak, sempet kepikiran buat turun aja trus beli tiket ferry biar cepet dan bisa bareng2 ama temen2 , tapi kami memilih untuk bersabar. Hampir tengah malam, bis pun belom beranjak dari tempatnya.
Senin/ 19 Juli 2010
Hari pun telah berganti dan kami masih di dalam bis, bingung apa yg harus dilakukan. Aku dan Emer iseng2 turun liat2 keadaan. Sepertinya antrian memang sangat padat dan belom ada tanda2 bis kami untuk segera masuk ke kapal. Akhirnya diambil keputusan untuk turun dari bis dan beli tiket ferry agar bisa segera menyebrang mengingat Susilo, Yazid, dan juga Aant telah menunggu kami di mushola Pelabuhan Ketapang dan tepat jam 06.00 WIB nanti kami sudah harus naik KA Sritanjung untuk pulang ke Jogja. Selama aku beli tiket ferry, Emer dan Ryan menurunkan tas dan barang2 kami dari bis dan selanjutnya kami pun segera masuk ke kapal yg siap menyebrang. Sekitar jam 01.30 WITA ferry meninggalkan Gilimanuk, dari kejauhan terlihat bis kami yg tetap belom beranjak. (hufft….)
Ombak masih terasa sedikit menggoyang kapal, tapi tidak seperti antara Lembar – Padangabai. Setelah sejam, akhirnya kami tiba di Ketapang. Lagi2 handphone langsung auto update kembali ke WIB, so….penyebrangan tadi rasa nya tidak merubah jam kita karna kalo diliat lewat sudut pandang jam dihandphone tu penyebrangan nya jam 01.30 WITA – 01.30 WIB. (Hahaha….zona waktu marai edan)
Sesampainya di Ketapang kami pun segera bergabung dengan temen2 yg dah asik tidur di mushola pelabuhan. Sambil menunggu Subuh, kami pun ikut istirahat di mushola pelabuhan. Baru setelah sholat Subuh kami packing2 lagi dan bersiap menuju ke St. Banyuwangi Baru.
Perjalanan kami jadi semakin rame karna sekarang kami jadi berenam. Setelah beli tiket Sritanjung seharga Rp 35.000,-/ orang, kami pun menunggu kedatangan kereta yg akan mengantarkan kami kembali ke Jogja dengan menempuh lebih dari 15 jam perjalanan karna kami yakin pasti molor. Ketika kereta tiba, kami langsung masuk dan memilih tempat duduk. Tepat jam 06.00 WIB kereta berangkat dan kami pun mulai bingung mau ngapain di dalem kereta. Untungnya Aant bawa kartu, jadinya sepanjang perjalanan Jember – Solo kami habiskan dengan bermain poker. Memasuki daerah Solo sudah terbayang kalo sejam lagi sampe Jogja, ternyata tidak….kereta masih sering berhenti karna ada kereta lain yg lewat. Akhirnya jam 22.15 WIB kami tiba di Kota Jogja tercinta dan selesai lah pengembaraan kami ke arah timur…..
hohohoo…perjalanan yg seru… (^_^)d
yo’a….bener banget, walopun belom puas sebenernya
eh..mukanya tmennye emer kok ada yg mirip ma ryan sih?? ha3
yg mana Wul…?
itu ma emang si Ryan kaleee…..
btw…moga2 kamu tambah “termotivasi” buat ke Lombok setelah baca blogQ, hehehe…
Kapan yaa ke lombok
taon 2012 aja….kan ada Visit Lombok-Sumbawa 2012
Oalah… Lama amat mas… Mudah-mudahan tahun ini bisa…
ya kan biar visit lombok-sumbawa nya tambah semarak….
bagus we yang foto anak jualan aksesoris itu,hehe (g tau istilahnya sok tau aja -_-“)
yoa….makasih
kapan2 temenin hunting di Code ya Roem….
nice trip, ampe 3 episode,,,
wkwkkwkwk,,,
sayang ga nyari air terjunnya, pdhl lumayan juga aer terjunnya di lombok mah,,,
soalnya kebanyakan jalan-jalan ke daerah dingin dripada nyari pante, udah bosen kepanasan soalnya di rumah,,,
hehehe,,,
yo’a….kurang lama kemaren kesana nya
pantae nya aja belom puas, apalagi yg laen2….
moga2 besok diberi kesempatan lagi untuk kesana dan bisa menjelajah daerah pegunungan….air terjun, puncak Rinjani, Desa Adat Bayan